Salah satu Dharma dari pendidikan tinggi merupakan pengabdian kepada masyarakat, dengan perwujudan dari aplikasi dari teknologi terapan yang berguna dalam peningkatan taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Teknik Elektro – ITATS menjembatani hal ini dalam rancang bangun alat penyortir terung. Kolaborasi Dosen Teknik Elektro Titiek Suheta, Riza Firmansyah dan Syahri Muharam dalam mewujudkan teknologi terapan tepat guna bagi UKM pengolahan hasil laut. Terung (ubur-ubur laut) berasal dari dasar laut,yang berkembang biak dengan baik pada kedalaman 15 – 100 meter dari dasar laut dengan lingkungan lumpur yang tidak begitu tebal. Cara mengambil terung ini dengan menggunakan garit,hewan laut berbentuk bulat seperti bola tennis dengan diameter dari 5 cm – 15 cm mempunyai tubuh berlendir dan mengandung banyak air.
Gambar 1. Terung Laut
Kulit terung yang berlendir dan mengandung banyak air dibersihkan dulu dengan cara memasukkan ke dalam keranjang lalu diinjak-injak agar lumpurnya hilang. Terung laut yang sudah dibersihkan dibelah untuk mengeluarkan isinya,bentuk satu garis lurus mulai dari mulut hingga ke anus, tujuannya agar saat digoreng nanti terung lautnya tidak menggulung. Selesai dicuci, didiamkan selama semalam kemudian dijemur selama 12 jam,hingga kering di tengah terik matahari. Setelah kulit terung laut menjadi kering,dilakukan penggorengan ke dalam wajan berisi pasir yang telah dipanaskan. Tahap ini merupakan penggorengan awal, oleh sebab itu penggorengan tidak perlu terlalu lama sampai didapatkan krupuk setengah jadi. Krupuk terung laut disangrai dengan menggunakan pasir supaya lebih tahan lama dan tidak cepat berbau apek.
Gambar 2. Krupuk Terung
Selanjutnya krupuk terung setengah jadi ini disimpan ke dalam gudang,semakin lama krupuk terung setengah jadi ini disimpan ke dalam gudang maka kualitasnya akan sangat bagus ketika digoreng dengan minyak. Selain lebih renyah ternyata krupuk yang lama disimpan juga lebih gurih.